Mangrove Di Beltim Terus Dirusak, Welly Kampit dan Asu Damar Masih Tenang-Tenang Saja

banner 468x60

Belitung Timur, Inspirasiberita.com – Perusakan hutan mangrove di lakukan oleh anak buah bos timah ilegal Belitung Timur sudah tak terbendung, menjadi bukti lemahnya penegakan hukum di daerah itu.

Hal itu disampaikan oleh YM salah seorang masyarakat Belitung Timur yang tak ingin diketahui identitasnya, Sabtu (7/12/2024).

Pasalnya puluhan ponton timah ilegal terus beroperasi menghantam hutan mangrove di daerah aliran sungai (DAS) Manggar.

Padahal DAS sungai Manggar itu masuk dalam kawasan hutan lindung. Uniknya, pembabatan itu dilakukan dengan cara membabi buta, tidak membuat mereka takut dengan aparat penegak hukum.

Mungkinkah pembabatan mangrove tersebut dibekengi sehingga melemahkan penegakan hukum. Tentu tidak ada yang tahu, namun praktik ilegal begitu merugikan para nelayan.

Tak heran bila Mabes Polri sampai menurunkan tim untuk melakukan upaya penyelidikan timah ilegal.

Hanya saja kedatangan mereka ke Negeri Laskar Pelangi bukan untuk melakukan menyelidiki penambang ilegal, melainkan pengiriman timah dari dalam ke luar pulau Belitung.

Disisi lain, hasil penambangan timah ilegal dijual ke meja goyang milik bos timah, yang merupakan sumber dari terjadinya pengiriman timah ilegal yang sempat dibekuk oleh tim Mabes Polri.

“Wajar kalau meja-meja goyang di Beltim ini menjamur, karena mereka membeli timah ilegal tidak tersentuh,” ujarnya.

Faktanya, seperti yang diberitakan sebelumnya, himbaun AKBP Feri Indra Dalimunthe, Kapolres Beltim menutup meja goyang di wilayah hukumnya tak di indahkan, wajar bila praktik ilegal terus terjadi.

Seperti halnya Meja Goyang Milik Bos Timah bernama Asu yang kediamanya Kecamatan Damar, seolah tidak tersentuh hukum.

Selain membeli timah dari para penambang, Asu diduga membeliĀ  timah dengan sistem secara cash on delivery (COD) guna memenuhi kouta smelter untuk dikirim ke luar Belitung.

Begitu juga dengan Welly atau Welly Kampit yang merupakan bos besar, diduga sebagai penyandang dana praktik timah ilegal, ia juga diketahui memiliki begitu banyak meja goyang, diduga dijaga oleh oknum aparat.

Tak tanggung-tanggung Welly juga berani membeli timah dengan harga yang cukup tinggi, diatas pembeli timah pada umumnya, guna memenuhi kouta milik smelter ekspor.

Upaya konfirmasi kepada AKBP Feri Indra Dalimunthe terkait praktik timah ilegal dan menjamurnya meja di Beltim, tidak mendapatkan jawaban.

Kembali ke YM, mempertegas bahwa kurangnya pengawasan dan ketegasan akan menambah parah kerusakan di Sepadan Sungai Manggar, pemerintah dan aparat seakan tutup mata.

“Apakah akan di biarkan para pelaku Ilegal mining semakin menjamur???,” tanya YM seraya menyatakan, tentunya ini menjadi juga merupakan tanggung jawab semua Pihak terutama kepala Daerah di Belitung Timur.

Nasib nelayan pencari kepiting, udang dan ikan di sepadan Sungai Manggar semakin memprihatinkan, dampak dari rusaknya Hutan Bakau (Mangrove) sebagai habitat tumbuh kembangnya.

“Saya berharap ketegasan dan kepedulian dari Bupati Belitung Timur, Kapolres Beltim dan semua pihak agar menertibkan kegiatan ilegal tersebut yang akan berdampak buruk bagi kelestarian Alam dan Ekologis yang ada,” pungkasnya. (Tim)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *